Categories
Info LP3I Live At LP3I

MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN, 10 NOVEMBER 2019

Hari ini, Bangsa Indonesia memperingati 10 November Hari Pahlawan. Namun mungkin banyak yang belum tahu kenapa pada tanggal 10 November di tetapkan sebagai Hari Pahlawan. Momentum perayaan ini tentaunya bukan hanya sekedar hadiah, melainkan untuk mengenang jasa para Pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa mereka di hari Pahlawan 10 November ini. Hari Pahlawan tanggal 10 November dilatarbelakangi dari pertempuran yang terjadi di Surabaya. Perang di kota Surabaya pada tanggal tersebut adalah pertempuran terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia dan menjadi simbol perjuangan pahlawan Indonesia terhadap aksi kolonialisme.  Pemerintah Indonesia pada tanggal 31 Agustus 1945 mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera Merah Putih harus dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia, aksi pengibaran bendera sang saka merah putih pun sampai ke seluruh pelosok di kota Surabaya. Aksi heroik pengibaran bendera di Surabaya terjadi saat pejuang beraksi melakukan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, dan menggantinya dengan Merah Putih, peristiwa ini banyak diabadikan dalam buku-buku sejarah Nasional. Hingga sekarang, peristiwa pertempuran Surabaya diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peringatan ini tidak hanya sekedar untuk mengajak seluruh rakyat Indonesia mengingat peristiwa heroik arek-arek Surabaya, tetapi juga merenungi kembali pengorbanan mereka kepada tanah air yang mereka cintai. Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda hanya bentrokan-bentrokan kecil saja. Namun Bentrokan bentrokan senjata di Surabaya memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Pada tanggal 10 November 1945 subuh pasukan Inggris melakukan aksi yang di sebut Ricklef sebagai “pembersihan berdarah” di suluruh sudut kota. Serangan mengerikan itu dibalas dengan pertahanan rakyat yang galang oleh ribuan warga kota. Daripada mengikuti ultimatum meletakan senjata dan meninggalkan kota, arek Surabaya justru memilih tetap bertahan meskipun konsekuensi pilihan tersebut berarti adalah jatuhnya korban jiwa.  Pihak Inggris dalam waktu tiga hari telah berhasil merebut kota. Akan tetapi, pertempuran baru benar-benar reda setelah tiga minggu. Hal ini menandakan betapa gigihnya perlawanan arek Surabaya. Dari pertempuran itu, 6000 rakyat Indonesia gugur dan ribuan lainnya meninggalkan kota. Dilansir dari eratekno.com, memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya kala itu. akan tetapi tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan Zaman. Saat memperjuangan dan mempertahankan kemerdekaan, para pahlawan telah mengorbankan nyawanya. Mari kita tiru semangat juang para pahlawan yang telah gugur dengan berkontrobusi terhadap setiap perkembangan bangsa Indonesia.
Sumber : Sulselsatu.com